Keheningan malam membawaku pada lamunan yang tak berakhir, bus malam yang kunaiki berjalan melewati kota yang tenang, melihat jalanan dengan lampu neon, pikiranku tengah gusar.
Toko dan ruko terus kami lewati, tidak banyak hal menarik yang ku alami belakangan ini. Sambil melihat bangku-bangku sekitarku, di mana beberapa dari penumpang sudah mulai tidur, ada juga yang masih memegang gawainya dan bermain game online.
Aku sedang melarikan diri dari hubungan dengan teman-temanku, pergi jauh ke suatu tempat yang tenang. Agar tiada lagi yang mengusik, libur kuliah semester ini kuhabiskan di kota sebelah, tempat Kakek dan Nenek berada. Lagi pula kedua orang tua itu sudah lama merindukan kepulangan cucu tercintanya.
Bus sudah mulai masuk ke gerbang bertuliskan desa Maju Sari, suasana saat malamnya cukup membuatku bergidik ngeri. Suara jangkrik dan kodok saling bersahutan, biasanya hal itu tidak mengganguku, mungkin karena sudah terbiasa mendengarnya dulu. Namun kali ini berbeda, aku tidak perlu lagi takut--ada hal yang lebih aku takutkan--yaitu pertemananku.
***
Jam di ponsel menunjukkan pukul 21.32, aku dijemput oleh sepupuku yang lebih muda dua tahun dariku, Anton namanya. Karena barangku tidak banyak, menggunakan sepeda motor saja sudah cukup. Kami berangkat dari terminal hingga ke rumah Kakek dan Nenek, kurang lebih dua puluh menit perjalanan.
"Gimana Bang kuliahnya?" tanya Anton.
"Alhamdulillah, lancar. Ini lagi nyusun tugas akhir, kamu gimana?"
"Oh, aku juga lancar Bang. Pekan lalu baru selesai matrikulasi,"
"Seniornya galak-galak nggak?" tanyaku sambil menyikut bahu Anton.
"Alhamdulillah, nggak Bang. Ada sih yang seram, tapi cuma empat sampai lima orang aja, sisanya baik-baik,"
"Kuliah yang rajin ya, cepat lulus juga,"
"Iya Bang,"
Seiring perjalanan kami berbincang ringan, terkadang soal kuliah dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Hingga tidak terasa kami sudah sampai di depan rumah. Aku segera turun, menyalami Kakek dan Nenek yang sedari tadi menunggu di serambi rumah.
"Gimana kabarmu Yud?" Kakek bertanya sembari membelai kepalaku.
"Alhamdulillah Baik, Kakek dan Nenek gimana?"
"Kami juga baik," jawab Nenek mempersilakan masuk.
Aku segera ditunjukkan kamar tempatku bermalam, kamar yang biasa kutempati setiap menginap di tempat ini. Tas berisi baju dan beberapa perlengkapan pribadiku kuletakkan di sisi ranjang, lemari yang ada memang sengaja dikosongkan karena mengetahui aku akan datang jadi bisa kujadikan tempat menyimpan pakaianku.
Sepupuku memanggil untuk mengajak makan malam, di sana Kakek dan Nenek sudah duduk sambil menyendok nasi ke piring mereka. "Yok, Yud ... jangan malu-malu, sini makan." Nenek menyiapkan sebuah kursi untukku duduk.
Akhirnya kami berempat makan dengan tenang, sesekali bercerita mengenai keadaan masing-masing dan saling melempar pertanyaan. Seperti biasa masakan Nenek selalu enak, seperti masakan Ibu di rumah, mungkin Ibu nomor dua setelahnya.
Setelah selesai makan aku segera kembali ke kamarku, bersiap untuk mandi. Selama perjalanan aku merasa gerah dan sumpek, sudah lama menantikan mandi dalam perjalanan walau buang air tidak bisa kutahan. Saat akan ke kamar mandi, dering pesan chat masuk ke ponselku yang sedari tadi berada di meja belajar.
Sebenarnya aku malas membacanya, tapi aku cukup penasaran siapa yang menghubungi malam-malam begini.
-----
Chat
Rita : Aku tunggu jawaban kamu ya Yud, please ...
----
Ternyata itu pesan dari salah satu teman perempuanku Rita, aku langsung meninggalkan ponselku di kamar tanpa membalasnya, bergegas untuk mandi. Beberapa waku belakangan sedang banyak sekali yang mengganggu waktuku dengan hal-hal tak terduga, entah apa yang mereka pikirkan, apa mereka tidak sadar kalau aku ini introvert?
Yang aku butuhkan hanya ketenangan, tidak lain dan tidak bukan. Jadi tolong jangan ganggu aku. Semoga mereka tidak lagi menggangguku.
Komentar
Posting Komentar