Langsung ke konten utama

Peringkat Pemburu Iblis di Kimetsu No Yaiba tidak Relevan

Assalamu'alaikum para pembaca semuanya, selamat datang kembali di blog sederhana kami yaitu Life Inspiration Journal. Semoga betah ya berlama-lama sambil membaca tulisan-tulisan kami di sini hehe.

Oke, sesuai judul. Topik bahasan saya dalam artikel kali ini adalah mengenai hobi saya yaitu menonton serial animasi Jepang atau biasa kita kenal dengan Anime. Sebagai seorang 'Wibu' saya cukup banyak menonton berbagai macam genre dan tema dari animasi Jepang tersebut. 

Salah satunya yang akan saya bahas kali ini mengenai Kimetsu No Yaiba atau Demon Slayer. Yupz, ini adalah salah satu anime favorit saya beberapa waktu lalu sejak pertama kali menonton musim pertamanya. Komiknya sudah tamat beberapa waktu lalu jadi saya sudah tahu keseluruhan alur cerita yang dibawakan.

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai pembahasannya. Sebenarnya topik dari pembahasan ini juga dibahas oleh beberapa Youtuber anime dalam negeri, silakan teman-teman cek sendiri ya ke kanal Youtube mereka. Tapi saya hanya ingin memberikan perspektif berbeda terkait hal ini.

Yaitu tentang tingkatan pasukan pemburu iblis yang kurang diseriusi oleh penulisnya yaitu Koyoharu Gotoge. Di anime lain kita bisa menemukan bahwa tingkatan-tingkatan yang bersifat gelar atau administratif pada seorang karakter menentukan tingkat kekuatan dan kapasitas orang tersebut.

Contohnya di anime Naruto, ninja di anime itu memiliki tingkatan yang mana itu adalah akademi, Genin, Chunin, Jonin bahkan Anbu. Semua itu punya peran masing-masing dan kualifikasi yang jelas. Misalnya lagi dalam anime My Hero Academia yang mana ada pahlawan pro yang bertugas melindungi masyarakat dan lainnya. Sedangkan yang belum bisa mendapatkan sertifikasi pahlawan pro belum boleh beraksi dengan kekuatan mereka dan masih banyak lagi contohnya.

Tapi dalam anime atau komik Kimetsu No Yaiba ini tidak demikian, ada 10 peringkat di pasukan pemburu iblis dan tingkat tertinggi selain itu adalah pilar yang memiliki kekuatan jauh di atas pemburu iblis yang 10 peringkat itu.

Namun dalam ceritanya, 10 peringkat ini seakan tidak dieksekusi dengan baik oleh sang penulis dan seperti hanya sekadar peringkat semu saja. Tidak banyak karakter yang ditampilkan yang mewakili masing-masing peringkat ini. Bagi teman-teman yang sudah nonton atau baca komiknya pasti paham deh.

Lalu pilar juga demikian, karena sistem yang tidak jelas ini, menyebabkan beban kerja pilar pemburu iblis menjadi banyak karena pemburu iblis selain pilar tidak akan mampu menghadapi iblis bulan. 

Ini sih yang saya sayangkan dari serial ini, tentunya saya tidak mengatakan serial ini jelek ya. Hanya saja ini masih bisa jikalau mau dikembangkan lebih jauh dan kompleks, karena pasti keren sekali. Kalau menurut saya, lebih baik pembagian tugasnya begini.

Peringkat 10 sampai 3 itu mengatasi iblis-iblis kroco yang tidak terlalu kuat. Sedangkan peringkat 1 dan 2 ditugaskan untuk menghadapi iblis bulan bawah. Lalu pilar menghadapi iblis bulan atas saja. Menurut saya itu lebih baik, agar tidak menimbulkan bias tingkatan dan kekuatan di jajaran pemburu iblis itu sendiri.

Yah, mungkin hanya sekian ya tulisan ini. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur, jika masih belum jelas silakan tanyakan di kolom komentar ya hehe. Semoga saya bisa Istiqomah menulis. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gambar : Pinterest 

Komentar

  1. Masya Allah, keren. Jadi nambah wawasan baru. 👍🤗

    BalasHapus
  2. Ini sih bahan bacaan yang cukup menarik dan asik kak, selain menghibur juga.Yaa walaupun pengetahuan saya kurang di anime karna jarang nonton hehehe Tapi setau saya anime-anime, atau serial film-film dari Jepang itu memang punya kisah yang luar biasa dan makna yang dalam. Bahkan sering mengangkat makna dalam kehidupan sehari-hari, dan itu sangat berkesan

    Semangatt selalu kak tedy

    BalasHapus

Posting Komentar

Masih Hangat

Ketenangan Jiwa

Gambar : Telegram Channel Pixel Art Keheningan malam membawaku pada lamunan yang tak berakhir, bus malam yang kunaiki berjalan melewati kota yang tenang, melihat jalanan dengan lampu neon, pikiranku tengah gusar. Toko dan ruko terus kami lewati, tidak banyak hal menarik yang ku alami belakangan ini. Sambil melihat bangku-bangku sekitarku, di mana beberapa dari penumpang sudah mulai tidur, ada juga yang masih memegang gawainya dan bermain game online. Aku sedang melarikan diri dari hubungan dengan teman-temanku, pergi jauh ke suatu tempat yang tenang. Agar tiada lagi yang mengusik, libur kuliah semester ini kuhabiskan di kota sebelah, tempat Kakek dan Nenek berada. Lagi pula kedua orang tua itu sudah lama merindukan kepulangan cucu tercintanya. Bus sudah mulai masuk ke gerbang bertuliskan desa Maju Sari, suasana saat malamnya cukup membuatku bergidik ngeri. Suara jangkrik dan kodok saling bersahutan, biasanya hal itu tidak mengganguku, mungkin karena sudah terbiasa mendengar